PEOPLE/LOCAL CHAMPION

REGINA LAPON

SUPERWOMAN DARI KABARE, PENJAGA SATWA ENDEMIK DI WAIGEO UTARA


Raja Ampat – Menelusuri belantara hutan Kabare dengan membawa GPS di tangan kiri dan Tallysheet di tangan kanan, Regina Lapon (43) melaksanakan rutinitas hariannya yakni SMART Patrol dalam kawasan hutan Kabare dan sekitarnya. Terkadang dalam patrolinya, ia didampingi saudara maupun saudarinya, juga terkadang anak-anak muda serta remaja yang antusias dengan aktivitas konservasi yang rutin dilaksanakannya sejak tahun 2018.

AUG 13, 2022

532

Walaupun tidak dalam usia mudanya lagi, wanita yang akrab dipanggil Mama Regina ini, berpatroli dalam kawasan hutan Kabare, lalu Kalisade, Bonsayor dan Asukweri. Tak hanya di hutan, Mama Regina juga melakukan patroli di wilayah pesisir dan sekitarnya yang masuk dalam wilayah Distrik Waigeo Utara.

Dalam kawasan hutan inilah terdapat beberapa satwa endemik pulau Waigeo, diantaranya Red Bird of Paradise (Paradisae rubra) atau Cenderawasih Merah, Wilson bird of Paradise (Cicinnurus respublica) atau Cenderawasih Botak, dan Maleo Waigeo (Aepypodius bruijnii). Selain itu juga beberapa tumbuhan endemik yang baru-baru ini ditemukan, yaitu Anggrek Biru (Dendrobium azureum).

Arsul

Geopark Raja Ampat


Foto: Regina Lapon saat menerima anugerah The Best 7 Innovation dari Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, tahun 2019

Di usia mudanya, Mama Regi sempat bekerja di perusahan tambang yang beroperasi di Waigeo Utara dengan pertama kalinya direkrut sebagai Koki pada tahun 2006. Dalam sela-sela kerjanya itu, ia juga kerap ditugaskan membantu urusan pekerjaan rumah atau housekeeping dalam kompleks perumahan para pegawai. Kemudian pada tahun 2007, Mama Regi diajak ikut dalam tim eksplorasi hingga tahun 2009 dan sempat diikutsertakan untuk membantu dalam laboratorium perusahaan tambang tersebut.

Hingga pada tahun 2011, dikarenakan perusahaan tambang ini hanya meng-ekspor bahan mentah keluar Waigeo Utara, Pemerintah Provinsi Papua Barat menghentikan pengoperasiannya hingga tahun 2021. Sehingga, Mama Regi dan pekerja lokal lainnya akhirnya dirumahkan dalam kurun waktu yang lama.

Mengadu nasibnya di Kota Sorong, Mama Regi beberapa kali ikut berjualan ikan dan menjadi guide wisata untuk trip Raja Ampat hingga tahun 2017. Melihat kesempatan untuk memiliki penghasilan dalam geliat perkembangan pariwisata Raja Ampat, Mama Regi memutuskan pulang ke Kabare dan membangun Homestay serta mengikuti sejumlah pelatihan wisata oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Raja Ampat maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Salah satu lembaga yang terlibat saat itu adalah Fauna & Flora International - Indonesia Programme (FFI's IP) untuk Raja Ampat, yang sedang melaksanakan program Spacial Monitoring and Reporting Tools atau disingkat SMART Patrol bersama Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Papua Barat yang ditujukan bagi masyarakat lokal. Dari sinilah orientasi dan semangat menjaga alamnya tertanam kuat dalam hatinya.

Walaupun pada awalnya, secara mandiri ia menyiapkan Tallysheet dan belajar fotografi dengan Smartphone dan mengikuti berbagai pelatihan lain untuk dapat mengoperasikan GPS, ia mengaku senang dan semangat untuk belajar memahami ilmu yang baru itu.

Kini, wanita yang lahir pada tanggal 25 januari 1979 ini mendedikasikan hampir seluruh waktunya untuk menjaga alam. Berpatroli, masuk-keluar hutan dan menyusuri pesisir pantai, dilakukannya dengan penuh semangat.

Diceritakan Mama Regi, apa yang dilakukannya sempat dilihat sebagai sebuah kebiasaan aneh oleh masyarakat di kampungnya. Namun hal tersebut tidak membuat dirinya merasa dikucilkan dan di-cap terpengaruh orang luar.

Perlahan dan penuh kesabaran, sekarang banyak teman-teman dan kenalan. Bahkan para remaja dan pemuda-pemudi kampungnya yang antusias dan sering menjadikannya tempat bertanya jika menemukan satwa ataupun tumbuhan unik di sekitar kampung.

“Dulu yang awalnya mama(saya) tidak tahu sekarang su bisa dan mengerti. Sekarang sering mereka tanya-tanya mama, apalagi mama juga tanam-tanam sayur, jadi mereka belajar juga untuk bikin kebun sendiri,” jelas Mama Regi.

Mama regi pun sering menjelaskan tentang bagaimana hubungan keberadaan satwa-satwa, khususnya dalam tatanan ekosistem dan rantai makanan atau rantai energi yang berujung pada mengelola hutan secara berkelanjutan. Sehingga dapat diwariskan kepada generasi anak cucu Kampung Kabare dan sekitarnya.

Terlebih wilayah Waigeo Utara adalah salah satu ekosistem penting pendukung Gunung Nok, tempat keberadaan beberapa satwa endemik seperti Maleo Waigeo, juga tumbuhan endemik, yaitu Anggrek Biru. Sehingga aktivitas SMART Patrol yang dilakukan Mama Regi dan rekan-rekannya sangat penting untuk menghentikan kerugian keanekaragaman hayati.

Wanita yang hanya menyelesaikan pendidikannya di kelas 2 SD ini mengaku akan terus semangat menjaga hutan dan pesisir kampungnya hingga dirinya sudah tak mampu lagi berjalan.

Dikatakannya, hingga saat itu tiba baru ia akan menyerah dan beristirahat, untuk sekarang ia akan terus melakukan pengamatan untuk satwa dan tumbuhan yang terlihat di hutannya, mengambil data titik koordinat pada lokasi pengamatan, menuliskan dan mendeskripsikan fitur alam yang menarik, lalu mendokumentasikan visual dengan kamera satwa-satwa maupun tumbuhan-tumbuhan yang ditemuinya.

“Mungkin sampai mama tidak bisa jalan baru mama menyerah, tapi selagi mama masih kuat maka akan terus mama lakukan. Biar mama punya anak cucu nanti tetap bisa lihat cenderawasih, burung maleo, rangkong dan binatang-binatang lain langsung di hutan ini,” ujar Mama Regi.


©2022 Raja Ampat Geopark Management Body.

Seluruh hak cipta.

id_IDIndonesian