Location | Arborek Village - Meos Mansar District |
---|---|
Coordinate | 01o59’1.6”S and 130o30’54.0”E |
Characteristics | Tourist attraction, culture, biology |
CU-01
Culture
Biology
Tourism
Menteri Pariwisata, Sandiaga Uno sedang menari bersama anak-anak di Kampung Arborek
Arborek adalah sebuah kampung dengan populasi kurang dari 300 orang yang terletak di dalam Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Selat Dampier, dan merupakan salah satu kampung yang dalam beberapa tahun belakangan ini berhasil membangun partisipasi kolaboratif melalui upaya-upaya konservasi dan pelestarian lingkungan dalam merespon booming pariwisata di Raja Ampat.
Kata Arborek sendiri, menurut bahasa setempat, berarti duri. Jika ditelusuri dari cerita para leluhur masyarakat Arborek, wilayah ini dulu penuh dengan semak berduri. Leluhur mereka datang dari Biak, sebuah daerah pesisir utara Papua-sebelah barat laut Papua Nugini, beratus-ratus tahun lalu. Saat pertama kali menjejak pulau kecil ini, sejauh mata memandang hanya hamparan semak duri.
Mereka lantas bahu membahu menyiangi semak-semak berduri tersebut, berbekal kesadaran berkelompok yang kuat. Mereka membersihkannya hingga cukup layak untuk ditinggali. Sisanya menjadi sejarah yang terukir dalam hingga ratusan tahun setelahnya. Keturunan mereka menjadi orang-orang yang mendiami, menghidupi, dan menjaga Arborek yang telah mereka ‘temukan’. Dari sinilah nama Arborek alias duri berasal.
Leluhur Arborek berperilaku bijaksana terhadap alam. Mereka tahu alam yang menyediakan segala untuk menopang kehidupan mereka dan anak cucunya kelak, harus terus dijaga. Segera setelah berhasil membersihkan tempat itu dari duri belukar, mereka membuat segala aturan untuk hidup bersahabat berdampingan dengan semestanya, mengenyahkan segala ketamakan dan kerakusan untuk mengeksploitasi hasil alamnya berlebihan.
Hingga kini, masyarakat Arborek yang didiami oleh suku Betew sangat hati-hati menjaga amanat leluhur mereka. Sikap kehati-hatian itu tercermin dari perilaku mereka yang tegas kepada pengunjung yang ingin menikmati semesta Arborek. Penyelam tak dibolehkan menyelam sendiri tanpa didampingi masyarakat setempat atau operator lokal yang telah dipercaya oleh masyarakat Arborek. Tujuannya supaya penyelam tak berperilaku sembrono.
Sebagai sebuah Kampung yang berada di dalam wilayah kawasan konservasi, Arborek secara konsisten berupaya untuk mengembangkan dan menerapkan suatu konsep desa wisata yang dikelola berdasarkan prinsip-prinsip yang ramah lingkungan dan berkelanjutan (sustainable), yang berporos pada partisipasi aktif warganya dengan menggandeng beragam pihak mulai dari Pemerintah Kabupaten melalui dinas-dinasnya yang terkait, pihak swasta, hingga kepada beberapa lembaga swadaya masyarakat seperti Conservation International (CI) Indonesia, Raja Ampat SEA Centre, Yayasan Marine Mega Fauna dan seterusnya.
Keindahan dan keunikan Kampung Arborek ini telah terkenal dikalangan para wisatawan yang telah berkunjung di Raja Ampat. Dari keindahan bawah lautnya dengan berbagai spot penyelaman yang memiliki hewan-hewan laut ciri khas, seperti; Hiu karpet atau tasselled wobbegong shark (Eucrossorhinus dasypogon) dan Pari manta (Manta birostris), hingga keramah-tamahan dari masyarakat kampung kepada setiap wisatawan yang datang.
Kampung Arborek pun beberapa kali menyabet sejumlah penghargaan, seperti penghargaan Green Award untuk kategori “Pemanfaatan Ekonomi untuk Masyarakat Lokal” dalam gelaran Indonesia Sustainable Tourism Award (ISTA) tahun 2017 yang diselenggarakan oleh Kementrian Pariwisata (KEMENPAR) Republik Indonesia, lalu pada tahun 2021 menjadi juara ke-2 pada kategori daya tarik wisata pada perhelatan Anugerah Desa Wisata (ADWI) tahun 2021.
Kompleks kepulauan kars di tenggara pantai timur Pulau Misool merupakan bentang alam asal-pelarutan yang melibatkan Batu gamping Zaag yang berumur Eosen Tengah hingga Oligosen. Sebuah Atol yang terangkat pada akhir Plistosen membentuk laguna tua yang dikelilingi oleh bukit-bukit batu gamping berbangun kerucut. Selama kurun waktu yang panjang, laguna yang terisolir ini mengalami pengenceran oleh air hujan sehingga salinitas air laut menurun dan berubah menjadi payau. Ubur-ubur laut berwarna kuning yang tidak beracun atau stingless, telah berhabitat didalam laguna dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang berair payau. Permukaan laguna yang berfluktuasi mengikuti pasang surut laut di perairan di luar laguna ini menunjukkan bahwa sistem percelah-retakan (kekar) yang berada di bawah permukaan laut telah menjaga sirkulasi air di laguna.
©2022 Raja Ampat Geopark Management Body.
All Rights Reserved.